Senin, 06 Mei 2013

Teori Evolusi Budaya


BAB I
PENDAHULUAN

1.1   11.1 Latar Belakang
Berdasarkan pendapat Parsudi Suparlan kebudayaan adalah nilai-nilai yang digunakan manusia untuk menginterpretasikan lingkungannya dalam rangka survival. Sedangkan berdasarkan pendapat dari Koentjaraningrat budaya merupakan kompleksitas yang terdiri dari ide, tindakan dan hasil tindakan manusia yang dilakukan secara terus-menerus juga diwariskan kepada generasi selanjutnya melalui proses belajar.
Berdasarkan pendapat Koentjaraningrat budaya diwariskan melalui proses belajar bukan dari aspek genetik. Dalam proses belajar tersebut suatu budaya yang diturunkan kepada generasi selanjutnya pasti mengalami perubahan. Perubahan ini sebagai bentuk adaptasi manusia terhadap lingkungannya. Jika perubahan ini berlangsung secara alami maka akan bersifat lambat, inilah yang disebut sebagai evolusi budaya. Beberapa ahli seperti Spencer dan A. Comte telah meneliti tentang evolusi budaya.
Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai teori evolusi budaya yang dikemukakan oleh para antropolog inggris yakni H Spencer, JJ Bachofen, LH Morgan dsb. Bukan hanya pendukung dari teori evolusi budaya, kami juga akan membahas penyebab dari hilangnya teori ini pada abad ke-19. Dalam karya tulis ini, kami juga akan mencoba menjabarkan satu-persatu teori yang dikemukakan oleh para pencetusnya.

1.2    1.2 Tujuan
Tujuan pembuatan karya tulis ini selain sebagai tugas kelompok yang wajib dikerjakan juga sebagai cara untuk memahami sebuah teori.

1.3   11.3 Rumusan Masalah
1.    Bagaimana konsep teori evolusi budaya itu?
2.    Siapakah pendukung dari teori ini?
3.    Apakah ada kritik untuk teori ini?
4.    Bagaimana implementasinya?






BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Konsep Teori Evolusi Budaya
Evolusi kebudayaan bisa didefenisikan sebagai suatu perubahan atau perkembangan kebudayaan, seperti perubahan dari bentuk sederhana menjadi kompleks.
(syaifudin, 2005 : 99)
Teori ini sebagai langkah awal pembentukan paradigma baru yakni evolusionalisme. Paradigma evolusionalisme disebut juga sebagai cikal-bakal pembentukan paradigm yang lain.
2.2.1      H. Spencer
Semua karya Spencer berdasarkan konsepsi bahwa seluruh alam itu, baik yang berwujud non-organis, organis, maupun super-organis berevolusi karena didorong oleh kekuatan mutlak yang disebutnya evolusi universal. Teori Spencer mengenai religi mengungkapkan bahwa, pada semua bangsa didunia religi itu mulai karena manusia sadar dan takut akan maut. Serupa dengan E.B Tylor ia juga berpendirian bahwa bentuk religi paling tua adalah penyembahan kepada roh-roh yang merupakan personifikasi dari jiwa-jiwa orang-orang yang telah meninggal, terutama nenek moyangnya. Bentuk religi yang tertua ini pada semua bangsa didunia akan berevolusi kebentuk religi yang menurut spencer merupakan tingkat evolusi yang lebih kompleks dan berdiferensiasi, yaitu penyembahan kepada dewa- dewa, seperti dewa kejayaan, kebijaksanaan, dewa perang, dewi kecantikan, dan sebagainya.
Dewa-dewa yang menjadi pusat orientasi dan penyembahan manusia dalam tingkat evolusi religi seperti itu mempunyai ciri- ciri yang mantap dalam bayangan seluruh umatnya, karena tercantum dalam mitologi yang seringkali telah berada dalam bentuk tulisan. Namun walaupun religi dari semua bangsa didunia, pada garis besar evolusi universal akan berkembang dari tingkat penyembahan roh nenek moyang ketingkat penyembahan dewa-dewa, secara khusus tiap bangsa dapat mengalami proses evolusi yang berbeda-beda.
Teori ke dua yang dikemukakan oleh Spencer adalah teori hokum. Spencer mengatakan bahwa hukum yang ada dalam masyarakat pada awalnya adalah hukum keramat. Hukum keramat bersumber atau berasal dari nenek moyang yang berupa aturan hidup dan pergaulan. Masyarakat yakin dan takut, apabila melanggar hukum ini maka nenek moyang akan marah. Selanjutnya masyarakat semakin kompleks sehingga hukum keramat semakin berkurang pengaruhnya terhadap keadaan masyarakat atau hukum keramat tersebut tidak cocok lagi.
Maka timbulah hukum sekuler yaitu hukum yang berlandaskan azas saling membutuhkan secara timbal balik di dalam masyarakat. Namun karena jumlah masyarakat semakin banyak maka dibutuhkan sebuah kekuasaan otoriter dari raja untuk menjaga hukum sekuler tersebut. Selanjutnya, timbulah masyarakat beragama sehingga kekuasaan otoriter Rajapun tidak lagi cukup. Untuk mengatasi hal tersebut , ditanamkanlah suatu keyakinan kepada masyarakat yang mengatakan bahwa raja adalah keturunan dewa sehingga hukum yang dijalankan adalah hukum keramat.
Pada perkembangan selanjutnya timbullah masyarakat industri,dimana kehidupan manusia semakin bersifat individualis yaitu suatu sifat yang mementingkan diri sendiri tanpa melihat kepentingan bersama. Sehingga hukum keramat raja tidak lagi mampu untuk mengatur kehidupan masyarakat. Maka munculah hukum baru yang berazaskan saling butuh-membutuhkan antara masyarakat. Lahirlah suatu hukum baru yang disebut dengan undang-undang.
2.2.2      EB Tylor
E.B.Tylor berpendapat, asal mula religi adalah adanya kesadaran manusia akan adanya jiwa. Kesadaran ini disebabkan oleh dua hal yakni:
a.       Adanya perbedaan yang tampak pada manusia antara hal-hal yang hidup dan hal-hal yang mati. Manusai sadar bahwa ketika manusai hidup ada sesuatu yang menggerakkan dan kekuatan yang menggerakkan manusia itu disebut dengan jiwa
b.      Peristiwa mimpi, di mana manusia melihat dirinya di tempat lain (bukan di tempat ia sedang tidur). Hal ini menyebabkan manusia membedakan antara tubuh jasmaninya yang berada di tempat tidur dengan rohaninya di tempat-tempat lain yang disebut jiwa.
Selanjutnya Tylor mengatakan bahwa jiwa yang lepas ke alam disebutnya denga roh atau mahluk halus. Inilah menyebabkan manusia berkeyakinan kepada roh-roh yang menempati alam. Sehingga manusia memberikan penghormatan berupa upacara doa, sesajian dll. Inilah disebut Tylor sebagai anamisme.
Pada tingkat selanjutnya manusia yakin terhadap gejala gerak alam disebabkan oleh mahluk-mahluk halus yang menempati alam tersebut. Kemudian jiwa alam tersebut dipersonifikasikan sebagai dewa-dewa alam. Pada tingkat selanjutnya manusia yakin bahwa dewa-dewa tersebut memiliki dewa tertinggi atau raja dewa. Hingga akhirnya manusia berkeyakinan pada satu Tuhan.
2.2.3      LH. Morgan (1818-1881)
Dalam hal penelitian mengenai kekerabatan Morgan adalah penyumbang terbesar kepada ilmu antropologi. Dalam memperhatikan sistem kekerabatan, Morgan mendapatkan cara untuk mengupas sistem kekerabatan dari semua suku bangsa di dunia yang jumlah yang sangat banyak dan memiliki bentuk yang berbeda. Didasarkan gejala kesejajaran yang seringkali ada di antara sistem istilah system of kinshipterminilogi dan kiship system.  Menurut Morgan, masyarakat dari semua bangsa di dunia terbagi menjadi delapan tingkat evolusi sebagai berikut :
1.      Zaman Liar Tua
zaman sejak adanya manusia manusia sampai ia menemukan api, dalam zaman ini manusia hidup dari meramu, mencari akar-akar dan tumbuh-tumbuhan liar.
2.      Zaman liar madya
zaman sejak manusia menemukan api, sampai ia menemukan senjata busur-panah. Zaman ini manusia mulai merubah mata pencaharian hidupnya dari meramu menjadi pencari ikan disungai-sungai atau menjadi pemburu.
3.      Zaman liar madya
zaman sejak manusia menemukan senjata busur panah, sampai ia mendapatkan kepandaian membuat barang-barang tembikar. Zaman ini mata pencaharian hidupnya masih berburu.
4.      Zaman barbar tua
Zaman sejak manusia menemukan kepandaiana membuat tembikar samapai ia mulai beternak atau bercocok tanam.
5.      Zaman barbar madya
Zaman sejak manusia beternak atau bercocok tanam sampai ia menemukan kepandaiana membuat benda-benda dari logam.
6.      Zaman barbar muda
Zaman sejak manusia menemukan kepandaian membuat benda-benda dari logam, sampai ia mengenal tulisan.
7.      Zaman peradaban purba
Pada zaman ini manusia sudah dapat menghasilakan beberapa peradapan klasik zaman batu dan logam.
8.      Zaman peradaban masa kini
Sejak zaman peradapan klasik sampai sekarang.

2.2.4      JJ Bachofen (Abad ke-19)
Menurut Bechofen bahwa di seluruh dunia ini, evolusi keluarga berkembang melalui empat tahapan (Koentjaraningrat, 1980) yaitu sebagai berikut :
1.         Tahapan Promiskuitas
di mana manusia hidup serupa sekawan binatang berkelompok, laki-laki dan wanita berhubungan bebas. sehingga melahirkan keturunan tanpa ada ikatan. Pada tahapan ini kehidupan manusia sama dengan kehidupan binatang yang hidup berkelompok. Laki-laki dan perempuan bebas melakukan hubungan perkawinan dengan yang lain tanpa ada ikatan kelurga dan menghasilkan keturunan tanpa ikatan keluarga.
2.         Tahapan Matriarchate
Dalam keluarga inti, ibulah yang menjadi kepala keluarga dan yang mewarisi garis keturunan. Pada tahapan ini, perkawinan ibu dan anak dilarang sehingga bentuk perkawinan yang terjadi adalah exogami.
3.      Sistem Patriarchate
Ayah yang menjadi kepala keluarga serta mewarisi garis keturunan. Perubahan dari matriarchate ke tingkat patriarcahte terjadi karena laki-laki merasa tidak puas dengan situasi keadaan sosial yang menjadikan wanita sebagai kepala keluarga. Sehingga para pria mengambil calon istrinya dari kelompok-kelompok yang lain dan dibawanya ke kelompoknya sendiri serta menetap di sana.
4.         Tahapan Parental
Pada tingkat terakhir ini perkawinan tidak selalu dari luar kelompok(exogami) tetapi juga dari dalam kelompok yang sama(endogami). Hal ini menjadikan anak-anak bebas berhubungan langsung dengan kelurga ibu maupun ayah.

2.2    Biografi Tokoh
2.2.1         H Spencer
Spencer lahir di Derby, Inggris 27 April 1820. Ia tak belajar seni dan humaniora, tetapi di bidang teknik dan bidang-bidang utilitarian. Tahun 1837 ia mulai bekerja sebagai insinyur sipil jalan kereta api, jabatan yang dipegangnya hingga tahun 1846. Selama periode ini Spencer melanjutkan studi atas biaya sendiri dan mulai menerbitkan karya ilmiah dan politik. Tahun 1848 Spencer ditunjuk sebagai redaktur The Economist dan gagasan intelektualnya mulai mantap. Tahun 1850 ia menyelesaikan karya besar pertamanya, Social Statics. Selama menulis karya ini Spencer untuk pertama kali mulai mengalami insomnia (tak bisa tidur) dan dalam beberapa tahun berikutnya masalah mental dam fisiknya ini terus meningkat. Ia menderita gangguan saraf sepanjang sisa hidupnya.
Tahun 1853 Spencer menerima harta warisan yang memungkinkannya berhenti bekerja dan menjalani sisa hidupnya sebagai seorang sarjana bebas. Ia tak pernah memperoleh gelar kesarjanaan universitas atau memangku jabatan akademis. Karena ia makin menutup diri, dan penyakit fisik dan mentalnya makin parah, produktivitasnya selaku sarjana makin menurun. Akhirnya Spencer mulai mencapai kemasyhuran tak hanya di Inggris tetapi juga reputasi internasional. Richard Hofstadter mengatakan, “Selama tiga dekade sesudah perang saudara, orang tak mungkin aktif berkarya di bidang intelektual apapun tanpa menguasai (perkiraan) Spencer.” (1959:33).
Namun, nasib Spencer ternyata tak seperti itu. Salah satu watak Spencer paling menarik yang menjadi penyebab kerusakan intelektualnya adalah keengganannya membaca buku orang lain. Dalam hal ini ia sama dengan tokoh sosiologi awal Auguste Comte yang juga mengalami gangguan otak. Mengenai keengganannya membaca buku orang lain itu, Spencer berkata : “Aku telah menjadi pemikir sepanjang hidupku, bukan menjadi pembaca, aku sependapat dengan yang dikatakan Hobbes bahwa jika aku membaca sebanyak yang dibaca orang lain, aku hanya akan mengetahui sedikit yang mereka ketahui itu” (Wiltshire, 1978:67). Temannya pernah meminta pendapatnya buku, dan “jawabannya adalah bila membaca buku ia melihat asumsi fundamental buku itu keliru dan karena itulah ia tak mau membaca buku” (Wiltshire, 1978:67). Seorang pengarang menulis tentang “cara Spencer dalam menyerap pengetahuan melalui kekuatan kulitnya…ia rupanya tak pernah membaca buku” (Wiltshire, 1978:67)
2.2.2   LH Morgan
Lewis Henry Morgan adalah seorang antropolog Amerika perintis dan teori sosial yang bekerja sebagai pengacara kereta api. Beliau dikenal karena karyanya pada struktur kekerabatan dan sosial, teori evolusi sosial, dan etnografi tentang Iroquois. Beliau mengusulkan konsep bahwa institusi domestik manusia paling awal adalah klan matrilineal, bukan keluarga patriarkal, gagasan itu diterima oleh sebagian besar prasejarawan dan antropolog sepanjang akhir abad kesembilan belas. Beliau juga tertarik penyebabkan perubahan sosial. Beliau adalah seorang kontemporer dari Eropa. Teori Karl Marx dan Friedrich Engels juga dipengaruhi karyanya pada struktur sosial dan budaya material, pengaruh teknologi pada kemajuan. Morgan adalah satu-satunya teori sosial Amerika yang akan dikutip oleh Marx, Charles Darwin, dan Sigmund Freud. Beliau pernah terpilih sebagai anggota National Academy of Sciences dan menjabat sebagai presiden Asosiasi Amerika untuk Kemajuan Ilmu Pengetahuan pada tahun 1879. Morgan juga aktif di Partai Republik dari New York State Majelis (Monroe Co, 2nd D.) pada tahun 1861, dan New York Negara Senat pada 1868 dan 1869.
Menurut Herbert Marshall Lloyd, seorang pengacara dan editor karya Morgan, Lewis adalah merupakan keturunan dari James Morgan. Catatan dari berbagai sumber bahwa tiga William Morgan lainnya adalah Llandaff dan Glamorganshire.
Setelah lulus pada tahun 1840, Morgan kembali ke Aurora untuk mendalami hukum dengan sebuah perusahaan yang didirikan. Pada tahun 1842 ia diterima di bar di Rochester.
Pada tanggal 1 Januari 1841, Morgan dan beberapa teman dari Cayuga Academy membentuk masyarakat persaudaraan rahasia yang disebut Gordian Knot. Mereka membuat kelompok organisasi penelitian untuk mengumpulkan informasi tentang Iroquois, yang wilayahnya sejarah selama berabad-abad telah termasuk pusat dan bagian utara New York barat Hudson dan wilayah Finger Lakes.
Para pria dimaksudkan untuk membangkitkan semangat Iroquois. Mereka mencoba untuk belajar bahasa, diasumsikan nama Iroquois, dan terorganisir kelompok dengan pola bersejarah suku Iroquois. Pada 1844 mereka mendapat izin dari mantan Freemason Aurora untuk menggunakan lantai atas kuil Masonik sebagai ruang pertemuan. Anggota baru menjalani ritual rahasia yang disebut inindianation di mana mereka berubah menjadi rohani Iroquois. Morgan tampak diresapi dengan semangat Iroquois.
2.2.3   JJ Bachofen
Johann Jakob Bachofen (1815-1887) adalah seorang kolektor barang antik Swiss, ahli hukum dan antropolog, profesor hukum Romawi untuk di University of Basel 1841-1845. Bachofen paling sering dihubungkan dengan teori-teori seseperti matriarkal prasejarah. Pada tahun 1861 beliau menerbitkan buku yang berjudul Mother-Right yang meneliti tentang karakter religius dan yuridis matriarkal di Dunia Kuno. Bachofen menunjukkan bahwa ibu adalah sumber agama, moralitas, dan sopan santun. beliau membahas di dalam bukunya  "Mother-Right" tentang konteks agama Matriarchal kuno atau yang biasa disebut Urreligion. Bachofen menjadi pelopor  penting pada  abad ke-20 mengenai matriarkal, seperti budaya Eropa kuno yang sebelumnya diteliti oleh Marija Gimbutas dari tahun 1950 juga bidang teologi feminis dan "Studi Matriarchal" di tahun 1970-an.
2.2.4   EB Tylor
EB Tylor lahir pada tahun 1832, di Camberwell, London. Beliau putra dari Yusuf Tylor dan Harriet Skipper. Kakaknya Alfred Tylor merupakan ahli geologi.
Beliau belajar di Grove House School, Tottenham. Namun, karena kematian orang tua Tylor selama masa dewasa awal dan latar belakang membatasi Quaker, ia tidak pernah mendapatkan gelar sarjana. Setelah kematian orangtuanya, beliau membantu mengelola bisnis keluarga. Tetapi harus mengatur bisnis keluarga beliau juga mengembangkan penelitian gejala tetap terjadinya tuberkulosis (TB).
Selama perjalanannya meninggalkan Inggris, Tylor bertemu Henry Christy, seorang Quaker, etnolog dan arkeolog. Asosiasi Tylor dengan Christy sangat mendorong minat kebangkitan-Nya dalam antropologi, dan membantu memperluas pertanyaan untuk mencakup studi prasejarah. Tylor  mempublikasikan 1.856 hasil dari perjalanannya ke Meksiko dengan Christy. Catatannya pada kepercayaan dan praktek dari orang-orang yang ditemuinya adalah dasar dari Anahuac karyanya (1861) dan diterbitkan setelah ia kembali ke Inggris. Tylor terus mempelajari adat istiadat dan kepercayaan dari masyarakat suku, baik yang ada dan prasejarah (berdasarkan temuan arkeologi). Ia menerbitkan karya kedua, Penelitian Penelitian ke Sejarah Awal Manusia dan Pengembangan Peradaban, pada tahun 1865. Beliau melakukan studi menyeluruh atas peradaban manusia dan kontribusi untuk bidang muncul antropologi tetapi berpengaruh pada segelintir cendekiawan muda, seperti JG Frazer, yang menjadi murid Tylor dan berkontribusi besar terhadap ilmiah studi antropologi di tahun kemudian.
Dia diangkat Penjaga Museum Universitas Oxford di tahun 1883
serta sebagai dosen, memegang gelar pertama "Reader dalam Antropologi" 1884-1895. Pada tahun 1896 ia ditunjuk sebagai Profesor pertama Antropologi di Universitas Oxford.

2.3    Penolakan Teori
2.3.1      H Spencer
Bila tak pernah membaca karya sarjana lain, lalu darimana gagasan dan pemahaman Spencer berasal. Menurut Spencer, ide-idenya muncul tanpa sengaja dan secara intiutif dari pikirannya. Ia mengatakan bahwa gagasannya muncul “sedikit demi sedikit, secara rendah hati tanpa disengaja atau tanpa upaya yang keras” (Wiltshire, 1978:66). Institusi seperti itu dianggap Spencer jauh lebih efektif ketimbang upaya berpikir dan belajar tekun : “Pemecahan yang dicapai melalui cara yang dilukiskan itu mungkin lebih benar ketimbang yang dicapai pemikiran” (Wiltshire, 1978:66).
Sebenarnya, jika ia membaca karya orang lain, itu dilakukannya hanya sekedar untuk menemukan pembenaran pendapatnya sendiri. Ia mengabaikan gagasan orang lain yang tak mengakui gagasannya. Demikianlah, Charles Darwin, pakar sezamannya, berkata tentang Spencer, “Jika ia mati melatih dirinya untuk mengamati lebih banyak, dengan risiko kehilangan sebagian dari kekuatan berpikirnya sekalipun, tentulah ia telah menjadi seorang manusia yang sangat hebat” (Wiltshire, 1978:70) pengabaian Spencer terhadap aturan ilmu pengetahuan menyebabkan ia membuat serentetan gagasan kasar dan pernyataan yang belum dibuktikan  kebenarannya mengenai evolusi kehidupan manusia. Karena itulah sosiolog abad 20 menolak gagasan Spencer dan riset empiris yang dilakukan secara tekun. Menurut mereka ruset tanpa ada data pembanding dari penelitian sebelumnya maka sangat sia-sia.
2.3.2      LH Morgan
Teori Morgan dapat acaman yang sangat keras dari para ahli Antropologi dari negara Inggris dan Amerika Serikat pada awal abd ke-20 ini, dan walaupun demikian ia seorang warga Amerika yang mempunyai ilmu pengetahuan yang luas mengenai kehidupan masyarakat dan kebudayaan Indian penduduk pribumi Amerika, ia tidak dianggap sebagai pendekar ilmu Antropologi Amerika. Teori Morgan menjadi terkenal dikalangan cendikiawan komunis berkat F. Engels, yang sebagai pengarang yang bergaya lancar, telah befungsi membuat populer gagasan-gagasan Marx yang sering terlalu ilmiah sifatnya itu. Ia pernah membuat buku kecil asal mula dan evolusi keluaga, hukum waris, hak milik pribadi, dan organisasi negara dan buku yang berjudul der insprung derm familie, des prifatseigenthums und der Staats (1884 ) itu, yang ditulis dengan gaya bahasa yang sangat ancar daneanak dibaca, sebenasny tidak lain dari ikhtiar dari gagasan-gagasan Morgan mengenai soal-soal yang sama dalam buku nya Acient Sosiety (1877).
2.3.3      EB Tylor
Seiring dengan perjalanan waktu, persinggungan teori evolusi dengan beragam realitas dalam perkembangannya terus mendapatkan tanggapan dari beragam pihak. Setidaknya tanggapan-tanggapan yang mengemuka terhadap pandangan kebudayaan teori evolusi dapat dibedakan menjadi dua macam. Pandangan pertama menganggap bahwa pandangan-pandangan yang diajukan teori evolusi melalui taylor memiliki beragam kelemahan yang harus diperbaiki. Pandangan ini tidak menolak sepenuhnya apa yang dikemukakan tylor generasi awal teori evolusi tersebut, tetapi tetap menerima beberapa bagian yang mereka anggap dapat diterima dan mengganti beberapa hal yang mereka anggap keliru serta menggantinya dengan model lain. Sedangkan kelompok kedua adalah menolak sepenuhnya segala pandangan yang diajukan oleh teori evolusi dalam melihat kebudayaan manusia. Kelompok kedua ini di kemudian hari dikenal dengan ‘difusi kebudayaan’ sebagai jawaban atas beragam ketidaksetujuan mereka terhadap pandangan-pandangan kebudayaan evolusi.
Setelah melakukan beragam penelaahan terhadap pandangan kebudayaan Tylor dalam memandang kebudayaan manusia, generasi selanjutnya teori evolusi memunculkan dua teori evolusi baru. Pertama, teori evolusi kebudayaan universal yang dikemukakan oleh Leslie White dan teori evolusi kebudayaan multilinier yang diajukan oleh Julian Steward.
2.3.4      JJ Bachofen
Pada akhir abad ke-19 mulai timbul kecaman-kecaman terhadap cara berfikir dan cara bekerja para sarjana penganut evolusi kebudayaan. Kecaman mulai menyerang detail dan unsure-unsur tertentu dalam berbagai karangan dari para penganut teori-teori tersebut, kemudian meningkat menjadi serangan-serangan terhadap konsepsi dasar dari teori-teori tentang evolusi kebudayaan manusia.
Pengumpulan bahan keterangan baru, terutama sebagai hasil penggalian-penggalian serta bertambah banyaknya aktivitas-aktivitas penelitian para ahli antropologi sendiri. Dengan demikian mulai tampak bahwa tingkat-tingkat evolusi para penganut teori-teori evolusi dari para penganut teori-teori evolusi kebudayaan itu hanya merupakan konstruksi-konstruksi pikiran saja, yang tidak sesuai dengan kenyataan dan yang lama-kelamaan tidak dapat di pertahnkan lagi.
Pada permulaan abad ke-20 hampir tidak ada lagi karya antropologi berdasarkan konsep evolusi. Hanya kira-kira sekitar 1930 tampak adanya penelitian-penelitian antroplogi berdasarkan konsep-konsep itu di Uni Soviet. Dalam tahun 1940-an muncul beberapa ahli antropologi Inggris dan Amerika yang menghidupakan lagi konsep-konsep mengenai teori evolusi kebudayaan., tetapi yang sama bagi semua bangsa di dunia.


BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Evolusi sebelum abad ke-19 sangat erat sekali dengan para tokoh antropolog. Hingga bermuncullah tokoh-tokoh antropolog yang mengeluarkan konsep-konsep mengenai evolusi itu sendiri. Misalnya saja seperti H. Spencer dengan teori evolusi universalnya dan teori hukum, J.J. Bachofen dengan teori evolusi keluarga, serta tokoh-tokoh antropologi lainnya. Hingga menghilangnya pemakaian teori evolusi dalam kurun abad ke 19 dan dimunculkan lagi abad ke 20 oleh ahli antropolog Uni Soviet, Inggris dan Amerika.

3.2  Saran
Setiap teori mempunyai kelemahan dan kekuatan tersendiri. Teori ini berlaku dan berkembang pada jamannya masing-masing dan akan di sempurnakan di kemudian hari. Jadi bukan merupakan sesuatu yang luar biasa jika suatu teori masih perlu dipertanyakan lagi kesesuainnya.


 Sumber

Koentjaraningrat.1980.Sejarah Teori Antropologi.Jakarta:UniversitasIndonesia.
Supardan,Dadang.2007.Pengantar Ilmu Sosial.Bandung:Bumi Aksara.