FRAMBUSIA
Treponemal adalah
bakteri gram-negatif, motil, berbebtuk ramping dan melekuk-lekuk. Bakteri ini
awalnya banyak tumbuh di lingkungan aquatic dan pada hewan. Sel spiroket
tersusun atas protoplasma silinder yang tertutup dengan membrane dan dinding
sel. Bagian protoplasma silinder dan endoflagela dibungkus dengan lapisan membran(multilayer) yang bersifat fleksibel atau
biasa disebut outer sheat. Spesies
Treponema adalah T. Pallidium, T.
primita, T azotonutricium, T. saccharophilium dll.
Teori ini dinyatakan
oleh Hudson(1965) menyatakan bahwa hanya ada satu treponematosis tunggal. Dia
menyakini bahwa treponematosis tertua adalah Frambusia berasal dari afrika. Penyakit
ini mulai berkembang pada saat migrasi besar-besaran manusia untuk keluar dari
afrika. Sedangkan Hackett(1963) dia menyatakan bahwa Treponemal tertua adalah mustbe pinta. Bakteri ini telah
beravolusi sejak 10.000 tahun yang lalu. Bakteri ini ditemukan mulai dari
afrika sampai pada asia dan amerika. Diestimasikan bahwa evolusi ini
dikarenakan kondisi lingkungan yang lembab dan hangat. Tetapi dia sependapat
bahwa penyebab penyakit frambusia berasal dari benua afrika.
Frambusia merupakan penyakit infeksi kulit yang
disebabkan oleh Treptonema pallidum ssp.pertenue yang memiliki 3 stadium dalam
proses manifestasi ulkus seperti ulkus atau granuloma (mother yaw), lesi
non-destruktif yang dini dan destruktif atau adanya infeksi lanjut pada kulit, tulang
dan perios. Penyakit ini adalah penyakit kulit menular yang dapat berpindah
dari orang sakit frambusia kepada orang sehat dengan luka terbuka atau cedera/
trauma (Greenwood, 1994).
Penyakit Frambusia(yaws) pertama kali ditemukan oleh
Castellani, pada tahun 1905 yang berasal dari bakteri besar(spirocheta) bentuk
spiral dan motil dari famili (spirochaetaceae) dari ordo spirochaetales yang
terdiri dari 3 genus yang phatogen pada manusia (treponema, borelia dan leptospira).
Spirohaeta mempunyai ciri yang sama dengan pallidum yaitu panjang,
langsing”helically coiled”, bentuk spiral seperti pembuka botol dan basil gram
negatif. Treponema memiliki kulit luar yang disebut glikosaminoglikan, di dalam
kulit memiliki peptidoglikan yang berperan mempertahankan integritas struktur
organisme (Jawetz, et al, 2005). Treponema pallidum subspecies perteneu yang
menyebabkan frambusia (yaws/puru/pian),
Noordhoek, et al, (1990) mengatakan bahwa terdapat
infeksi alamiah yang disebabkan oleh Treponema pallidum terhadap inang
(manusia) ditularkan melalui hubungan seksual dan infeksi lesi langsung pada
kulit atau membran selaput lendir pada genetalia. Pada 10–20 kasus lesi primer merupakan
intrarektal, perianal atau oral atau di seluruh anggota tubuh dan dapat
menembus membran selaput lendir atau masuk melalui jaringan epidermis yang
rusak.
Spirocheta secara lokal berkembang biak pada daerah
pintu masuk dan beberapa menyebar di
dekat
nodul getah bening mungkin mencapai aliran darah. Dua hingga 10 minggu setelah
infeksi, papul berkembang di daerah infeksi dan memecah belah membentuk ulcer
yang bersih dan keras (chancre). Inflamasi ditandai dengan limfosit dan plasma
sel yang membuat ruang berupa maculapapular merah di seluruh tubuh, termasuk
tangan, kaki dan papul yang lembab, pucat (condylomas) di daerah anogenital,
axila dan mulut. (Djuanda, et al., 2007)
Lesi primer dan sekunder ini sangat infeksius karena
mengandung banyak spirocheta. Lesi yang infeksius mungkin akan kambuh dalam
waktu 3–5 tahun. Infeksi sifilis tetap subklinis dan pasien akan melewati tahap
primer dan sekunder tanpa gejala atau tanda-tanda berkembangnya lesi tersier.
Pada pasien dengan infeksi laten penyakit akan berkembang ketahap tersier
ditandai dengan perkembangan lesi granulommatous (gummas) pada kulit, tulang
dan hati; lesi cardiovaskuler (aortitis, aortic aneurysm, aortic value
insuffiency). lesi tertier treponema jarang ditemua dan respon jaringan yang
meningkat ditandai dengan adanya hypersensitivitas organisme. Treponema yang menahum
dan atau laten terkadang infeksi dimata atau sistem saraf pusat (Noordhoek, et
al, 1990; Bahmer, et al, 1990)
Pada subspecies pertentu infeksi terjadi akibat
adanya kontak berulang antar individu dalam waktu tertentu sehingga memudahkan
treponema untuk berkembang biak, infeksi bakteri treponema ssp.parteneu
berbentuk spirochetes tersebut ada dijaringan epidermis mudah menular di
jaringan kulit lecet atau trauma terbuka. Klasifikasi Frambusia terdiri dari 4
(empat) tahap meliputi pertama (primary stage) berbentuk bekas untuk
berkembangnya bakteri frambusia; secondary stage terjadi lesi infeksi bakteri
treponema pada kulit; latent stage bakteri relaps atau gejala hampir tidak ada;
tertiary stage luka dijaringan kulit sampai tulang kelihatan, (Smith, 2006 ;
Greenwood, et al, 1994 ;Bahmer, et al 1990 ; Jawetz, et al., 2005).
Penularan penyakit frambusia dapat terjadi secara
langsung maupun tidak langsung (Depkes,2005),yaitu :
1)
Penularan secara langsung (direct contact) .
Penularan
penyakit frambusia banyak terjadi secara langsung dari penderita ke orang lain.
Hal ini dapat terjadi jika jejas dengan gejala menular (mengandung Treponema
pertenue) yang terdapat pada kulit seorang penderita bersentuhan dengan kulit
orang lain yang ada lukanya. Penularan mungkin juga terjadi dalam persentuhan
antara jejas dengan gejala menular dengan selaput lendir.
2)
Penularan secara tidak langsung (indirect contact) .
Penularan
secara tidak langsung mungkin dapat terjadi dengan perantaraan benda atau
serangga, tetapi hal ini sangat jarang. Dalam persentuhan antara jejas dengan
gejala menular dengan kulit (selaput lendir) yang luka, Treponema pertenue yang
terdapat pada jejas itu masuk ke dalam kulit melalui luka tersebut. Terjadinya
infeksi yang diakibatkan oleh masuknya Treponema partenue dapat mengalami 2
kemungkinan:
a) Infeksi effective.
Infeksi ini terjadi jika Treponema pertenue yang masuk ke dalam kulit berkembang
biak, menyebar di dalam tubuh dan menimbulkan gejala-gejala penyakit. Infeksi effective
dapat terjadi jika Treponema pertenue yang masuk ke dalam kulit cukup virulen
dan cukup banyaknya dan orang yang mendapat infeksi tidak kebal terhadap
penyakit frambusia.
b) Infeksi ineffective.
Infeksi ini terjadi jika Treponema pertenue yang masuk ke dalam kulit tidak dapat
berkembang biak dan kemudian mati tanpa dapat menimbulkan gejala-gejala
penyakit. Infeksi effective dapat terjadi jika Treponema pertenue yang masuk ke
dalam kulit tidak cukup virulen dan tidak cukup banyaknya dan orang yang
mendapat infeksi mempunyai kekebalan terhadap penyakit
frambusia
(Depkes, 2005).
Penularan
penyakit frambusia pada umumnya terjadi secara langsung sedangkan penularan
secara tidak langsung sangat jarang terjadi (FKUI, 1988).
Penyakit fambusia tidak menyerang jantung, pembuluh darah,
otak dan saraf dan tidak ada frambusia kongenital, namun daerah endemis pada
musim hujan penderita baru akan bertambah.
Gejala klinis terdiri atas 3 stadium pertama pada
tungkai bawah sebagai tempat yang mudah
trauma;
masa tunas berkisar antara 3-6 minggu. Kelainan papul yang eritematosa, menjadi
besar
berupa ulkus dengan dasar papilomatosa. Jaringan granulasi banyak mengeluarkan
serum bercampur darah yang mengandung treponema. Serum mengering menjadi krusta
berwarna kuningkehijauan, pembesaran kelenjar limfe regional konsistensi keras
dan tidak nyeri. Stadium satu dapat menetap beberapa bulan kemudian sembuh
sendiri dengan meninggalkan sikatriks yang cekung dan atrofik. Stadium kedua;
dapat timbul setelah stadium pertama sembuh atau sering terjadi tumpang tindih
antara stadium satu dan stadium dua (overlapping). (Djuanda, et al., 2007).
Erupsi yang generalisata timbul pada 3 – 12 bulan
setelah penyakit berlangsung. Kelainannya berkelompok, tempat predileksi di
sekeliling lubang badan, muka dan lipatan-lipatan tubuh. Papulpapul yang
milliar menjadi lentikular dapat tersusun korimbiform, arsinar atau numular.
Kelainan ini membasah, berkrusta dan banyak mengandung treponema. Pada telapak
kaki dapat terjadi keratoderma jalannya seperti kepiting karena nyeri tulang
ekstremitas atas dan bawah, spina ventosa pada jari anak-anak, polidaktilitis,
sinar rontgen tampak rarefaction pada korteks dan destruksi pada perios,
(Jawetz, et al., 2005).
Pada stadium lanjut sifatnya destruktif menyerang
kulit, tulang dan persendian meliputi nodus dan
guma,
keratoderma pada telapak kaki dan tangan, gangosa dan goundou; menurut Djuanda,
et al., (2007) pada fase lanjut ini beberapa istilah pada frambusia stadium
lanjut : nodus dapat melunak, pecah menjadi ulkus, dapat sembuh di tengah luka
dan meluas ke perifer; guma umumnya terdapat pada tungkai. Mulai dengan nodus
yang tidak nyeri, keras, dapat digerakan, kemudian melunak, memecah dan
meninggalkan ulkus yang curam (punched out), dapat mendalam sampai ke tulang atau
sendi mengakibatkan ankilosis dan deformitas; gangosa: mutilasi pada fosa
nasalis, palatum mole hingga membentuk sebuah lubang suaranya khas sengau;
goundou : eksositosis tulang hidung dan di sekitarnya, pada sebelah kanan–kiri
batang hidung yang membesar; bisa disertai demam; tulang : berupa periostitis
dan osteitis pada tibia, ulna, metatarsal dan metakarpal, tibia berbentuk seperti
pedang, kiste di tulang mengakibatkan fraktur spontan.
Penyakit ini sangat cepat menyebar melalui ekspansi
besar-besaran keluar dari afrika. Bukti nyata darri perkembangan bakteri ini
adalah penyakit sifilis pertama ditemukan di eropa. Sifilis merupakan
perkembangan dari bakteri penyebab penyakit frambusia.