TEORI
FUNGSIONALISME-STRUKTUKTURAL
MALINOWSKI
Asumsi dasar dari teori
fungsionalisme-struktural ini bahwa segala sesuatu memiliki fungsi. Fungsi ini
yang menjelaskan keberadaannya. Termasuk di dalamnya keberadaan unsur budaya.
Model yang digunakan adalah model organism. Dengan paradigm ini, perhatian
peneliti ditujukan kepada fungsi dalam konteks kehidupan masyarakat atau
kebudayaan tertentu. Suatu unsure kebudayaan yang berasal dari masa lampau
tidak lagi dilihat sebagai sisa-sisa budaya lama, tetapi sebagai unsure budaya
yang tetap actual dalam masyarakat, karena mempunyai fungsi tertentu.
Teori fungsionalisme-struktural
berlangsung tidak hanya pada tataran penjelasan(explanation), tetapi juga pada tataran metode penelitian dan
penulisan etnografi. Keduanya dilakukan oleh malinowski. Metode penelitian yang
dikenalkan adalah observasi partisipasi(participant
observation). Penelitian mendalam dilapangan dirasa sangat penting dalam
penelitian ini. Jika tidak dilakukan maka akan menyulitkan peneliti dalam memahami
dan mengetahui saling keterkaitan antar unsure budaya yang dimiliki oleh
masyarakat.
Selanjutnya hasil
penelitian harus dituangkan dalam bentuk karya etnografi dengan model deskripsi
mendalam (tick description). Paradigm
ini sering digunakan oleh cabang ilmu-ilmu sosial lain seperti ilmu politik dan
sosiologi. Gejala sosial yang dapat diamati adalah kebudayaan, mitos, ritual,
system kekerabatan, system politik dan symbol.
Seperti teori-teori
sebelumnya teori ini juga mendapatkan kritik. Dalam pandangan sejumlah ilmuwan
sosial, paradigm ini diangggap tidak dapat digunakan untuk memahami dan
menjelaskan fenomena perubahan masyarakat dan kebudayaan karena selalu
menekankan pada hubungan fungsional antar unsure dan keseimbangan system
(Bukley, 1967).
Para ahli antropologi
menanyakan ketepatan paradigm fungsionalisme-struktural untuk mengungkap aspek
simbolik. Keterbatasan paradigm fungsionalisme-struktural untuk mengungkap makna dibalik symbol menjadi
kelemahan paradigm ini padahal, symbol atau lambing dan perlambangan(simbolisasi) merupakan basis dari
perilaku manusia (white, 1949). Kelemahan paradigm fungsionalisme-struktural
dan keinginan untuk melepaskan diri dari pengaruh positivise telah mendorong
sejumlah ahli antropologi untuk membangun paradigm baru.
KEMISKINAN
DI KALANGAN MASYARAKAT NELAYAN INDONESIA
ANALISIS DENGAN PARADIGMA
FUNGSIONALISME-STRUKTURAL
Berdasarkan pengetahuan saya saat PKL Perubahan
masyarakat dan kebudayaan di pesisir pantai utara Tuban. Rumah nelayan secara
visual tampak tidak terawat dan jauh dari kata rumah layak huni. Pendapatan
mereka tergantung pada musim dan tidak menentu. Pendapatan mereka yang
tergolong pendapatan harian yang akan habis dalam satu hari itu atau bahkan
mereka harus hutang kepada renternir terdekat. Bantuan yang didapat dari
pemerintah pun, banyak dari mereka yang tidak mendapatkannya. Bantuan itu hanya
di dapatkan oleh beberapa orang yang dekat dengan pemerintahan setempat.
Hubungan patron klien juga bisa dilihat secara nyata
pada masyarakat nelayan. Hubungan ini berdasarkan kepemilikan modal maupun
kapal. Unsur-unsur sosial yang berpotensi sebagai patron adalah pedagang ikan
berskala besar dan kaya, nelayan pemilik (perahu) (orenga, Madura), juru
mudi (juragan laut atau pemimpin awak perahu), dan orang kaya lainnya. Mereka
yang berpotensi menjadi klien adalah nelayan buruh (pandhiga, Madura)
dan warga pesisir yang kurang mampu sumber dayanya. Secara intensif, relasi
patron-klien ini terjadi di dalam aktivitas pranata ekonomi dan kehidupan
sosial di kampung. Para patron ini memiliki status dan peranan sosial yang penting
dalam kehidupan masyarakat nelayan (Kusnadi, 2000). Kompleksitas relasi sosial patron-klien
(vertikal) dan relasi sosial horisontal di antara mereka merupakan urat-urat struktur
sosial masyarakat nelayan. Dalam aktivitas ekonomi perikanan tangkap di
kalangan nelayan Madura misalnya, terdapat tiga pihak yang berperan besar,
yaitu pedagang perantara(pangamba’), nelayan pemilik perahu, dan nelayan
buruh.
Kemiskinan tetap akan
terpelihara dalam masyarakat nelayan dikarenakan kemiskinan itu sendiri
mempunyai fungsi. Dengan adanya kemiskinan itu maka struktur ini akan lebih
kuat. Dalam penjelasan saya di atas klien merupakan masyarakat nelayan mulai
dari ekonomi menengah ke bawah sampai pada masyarakat bawah. Masyarakat ini
mempunyai fungsi yang secara tidak langsung memiliki hubungan dengan sruktur
diatasnya. Sedangkan bantuan dari pemerintah hanya merupakan program tanpa
memperhatikan peningkatan kesejahteraan bagi nelayan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar