Selasa, 12 Maret 2013

PARADIGMA FUNGSIONALISME-STRUKTUKTURAL


TEORI FUNGSIONALISME-STRUKTUKTURAL
MALINOWSKI

Asumsi dasar dari teori fungsionalisme-struktural ini bahwa segala sesuatu memiliki fungsi. Fungsi ini yang menjelaskan keberadaannya. Termasuk di dalamnya keberadaan unsur budaya. Model yang digunakan adalah model organism. Dengan paradigm ini, perhatian peneliti ditujukan kepada fungsi dalam konteks kehidupan masyarakat atau kebudayaan tertentu. Suatu unsure kebudayaan yang berasal dari masa lampau tidak lagi dilihat sebagai sisa-sisa budaya lama, tetapi sebagai unsure budaya yang tetap actual dalam masyarakat, karena mempunyai fungsi tertentu.
Teori fungsionalisme-struktural berlangsung tidak hanya pada tataran penjelasan(explanation), tetapi juga pada tataran metode penelitian dan penulisan etnografi. Keduanya dilakukan oleh malinowski. Metode penelitian yang dikenalkan adalah observasi partisipasi(participant observation). Penelitian mendalam dilapangan dirasa sangat penting dalam penelitian ini. Jika tidak dilakukan maka akan menyulitkan peneliti dalam memahami dan mengetahui saling keterkaitan antar unsure budaya yang dimiliki oleh masyarakat.
Selanjutnya hasil penelitian harus dituangkan dalam bentuk karya etnografi dengan model deskripsi mendalam (tick description). Paradigm ini sering digunakan oleh cabang ilmu-ilmu sosial lain seperti ilmu politik dan sosiologi. Gejala sosial yang dapat diamati adalah kebudayaan, mitos, ritual, system kekerabatan, system politik dan symbol.
Seperti teori-teori sebelumnya teori ini juga mendapatkan kritik. Dalam pandangan sejumlah ilmuwan sosial, paradigm ini diangggap tidak dapat digunakan untuk memahami dan menjelaskan fenomena perubahan masyarakat dan kebudayaan karena selalu menekankan pada hubungan fungsional antar unsure dan keseimbangan system (Bukley, 1967).
Para ahli antropologi menanyakan ketepatan paradigm fungsionalisme-struktural untuk mengungkap aspek simbolik. Keterbatasan paradigm fungsionalisme-struktural  untuk mengungkap makna dibalik symbol menjadi kelemahan paradigm ini padahal, symbol atau lambing dan perlambangan(simbolisasi) merupakan basis dari perilaku manusia (white, 1949). Kelemahan paradigm fungsionalisme-struktural dan keinginan untuk melepaskan diri dari pengaruh positivise telah mendorong sejumlah ahli antropologi untuk membangun paradigm baru.





KEMISKINAN DI KALANGAN MASYARAKAT NELAYAN INDONESIA
ANALISIS DENGAN PARADIGMA FUNGSIONALISME-STRUKTURAL

Berdasarkan pengetahuan saya saat PKL Perubahan masyarakat dan kebudayaan di pesisir pantai utara Tuban. Rumah nelayan secara visual tampak tidak terawat dan jauh dari kata rumah layak huni. Pendapatan mereka tergantung pada musim dan tidak menentu. Pendapatan mereka yang tergolong pendapatan harian yang akan habis dalam satu hari itu atau bahkan mereka harus hutang kepada renternir terdekat. Bantuan yang didapat dari pemerintah pun, banyak dari mereka yang tidak mendapatkannya. Bantuan itu hanya di dapatkan oleh beberapa orang yang dekat dengan pemerintahan setempat.
Hubungan patron klien juga bisa dilihat secara nyata pada masyarakat nelayan. Hubungan ini berdasarkan kepemilikan modal maupun kapal. Unsur-unsur sosial yang berpotensi sebagai patron adalah pedagang ikan berskala besar dan kaya, nelayan pemilik (perahu) (orenga, Madura), juru mudi (juragan laut atau pemimpin awak perahu), dan orang kaya lainnya. Mereka yang berpotensi menjadi klien adalah nelayan buruh (pandhiga, Madura) dan warga pesisir yang kurang mampu sumber dayanya. Secara intensif, relasi patron-klien ini terjadi di dalam aktivitas pranata ekonomi dan kehidupan sosial di kampung. Para patron ini memiliki status dan peranan sosial yang penting dalam kehidupan masyarakat nelayan (Kusnadi, 2000). Kompleksitas relasi sosial patron-klien (vertikal) dan relasi sosial horisontal di antara mereka merupakan urat-urat struktur sosial masyarakat nelayan. Dalam aktivitas ekonomi perikanan tangkap di kalangan nelayan Madura misalnya, terdapat tiga pihak yang berperan besar, yaitu pedagang perantara(pangamba’), nelayan pemilik perahu, dan nelayan buruh.
Kemiskinan tetap akan terpelihara dalam masyarakat nelayan dikarenakan kemiskinan itu sendiri mempunyai fungsi. Dengan adanya kemiskinan itu maka struktur ini akan lebih kuat. Dalam penjelasan saya di atas klien merupakan masyarakat nelayan mulai dari ekonomi menengah ke bawah sampai pada masyarakat bawah. Masyarakat ini mempunyai fungsi yang secara tidak langsung memiliki hubungan dengan sruktur diatasnya. Sedangkan bantuan dari pemerintah hanya merupakan program tanpa memperhatikan peningkatan kesejahteraan bagi nelayan.

Tidak ada komentar: