KEHIDUPAN MASYARAKAT PESISIR
PANTAI
Masyarakat pesisir pantai terkenal dengan
perwatakannya yang sangat keras. Ini bukan tanpa sebab, tetapi dikarenakan pola
hidup mereka yang sangat tergantung dengan alam. Berikut ini merupakan
karakteristik nelayan menurut Afrida dalam jurnal Antropologi 2005 yakni:
Ø Pendapatan
nelayan bersifat harian(daily increments) tidak dapat ditentukan jumlahnya
karena pendapatan sangat tergantung oleh musim maupun status nelayan itu sendiri
Ø Tingkat
pendidikan nelayan redah sehingga tidak ada pekerjaan lain yang bisa dilakukan
selain meneruskan pekerjaan sebagai nelayan
Ø Nelayan
,lebih banyak berhubungan dengan ekonomi tukar-menukar dan produksinya tidak
berhubungan dengan makanan pokok. Artinya produk perikanan mudah rusak dan
harus segera dipasarkan.
Ø Permodalan
perikanan(kenelayanan) membutuhan investasi yang besar dan mengandung resiko
dibandingkan dengan sector pertanian.
Ø Income
yang diperoleh setiap harinya oleh nelayan disebabkan pula terbatasnya anggota
keluarga yang secara langsung ikut andil dalam faktor produksi.
Karakteristik diatas telah mendarah daging dalam
kehudupan nelayan. Walaupun pada musim tertentu pendapatan nelayan sangat
tinggi tetapi pada musim-musim berikutnya pendapatan nelayan sangat kecil
bahkan tidak ada. Nelayan juga mempunyai pola hidup konsumtif. Jadi, pada saat
pendapatan mereka tinggi pola konsumsi mereka juga ikut tinggi. Akan tetapi
pada saat pendapatan rendah mereka tetap bertahan hidup dengan cara menjual
barang-barang berharga mereka atau hutang-piutang dengan bunga yang sangat
tinggi. Hutang piutang ini sangat tidak sehat. Bunga yang ditawarkan oleh
pemilik uang sebesar 20-50% jika dibayar dengan tetap waktu. Apabila ada
keterlambatan pembayaran maka akan di kenakan denda sesuai kesepakatan. Inilah
yang menyebabkan nelayan tetap berada dalam garis kemiskinan.
Berdasarkan pengetahuan saya saat PKL Perubahan
masyarakat dan kebudayaan di pesisir pantai utara Tuban. Rumah nelayan secara
visual tampak tidak terawat dan jauh dari kata rumah layak huni. Pendapatan
mereka tergantung pada musim dan tidak menentu. Pendapatan mereka yang
tergolong pendapatan harian akan habis dalam satu hari itu atau bahkan mereka
harus hutang kepada renternir terdekat. Bantuan yang didapat dari pemerintah
pun, banyak dari mereka yang tidak mendapatkannya. Bantuan itu hanya di
dapatkan oleh beberapa orang yang dekat dengan pemerintahan setempat.
Hubungan patron klien juga bisa dilihat secara nyata
pada masyarakat nelayan. Hubungan ini berdasarkan kepemilikan modal maupun
kapal. Unsur-unsur sosial yang berpotensi sebagai patron adalah pedagang ikan
berskala besar dan kaya, nelayan pemilik (perahu) (orenga, Madura), juru
mudi (juragan laut atau pemimpin awak perahu), dan orang kaya lainnya. Mereka
yang berpotensi menjadi klien adalah nelayan buruh (pandhiga, Madura)
dan warga pesisir yang kurang mampu sumber dayanya. Secara intensif, relasi
patron-klien ini terjadi di dalam aktivitas pranata ekonomi dan kehidupan
sosial di kampung. Para patron ini memiliki status dan peranan sosial yang penting
dalam kehidupan masyarakat nelayan (Kusnadi, 2000). Kompleksitas relasi sosial patron-klien
(vertikal) dan relasi sosial horisontal di antara mereka merupakan urat-urat struktur
sosial masyarakat nelayan. Dalam aktivitas ekonomi perikanan tangkap di
kalangan nelayan Madura misalnya, terdapat tiga pihak yang berperan besar,
yaitu pedagang perantara(pangamba’), nelayan pemilik perahu, dan nelayan
buruh.
Secara sosial budaya nelayan (klien) akan tetap
menjadi klient. Secara ekonomi mereka tidak mampu oleh sebab itu pendidikan
mereka sangatlah rendah. Tidak ada
pilihan lain bagi mereka selain belajar berlayar secara otodidak bersama
orang tua mereka untuk menyambung hidup mereka kelak. Program pemerintah dari
nelayan antara lain:
-
Program kredit
-
Modernisasi alat tangkap
-
Program pemasaran melalui TPI-KUD
Tetapi
program tersebut belum dirasakan secara nyata dampaknya sesuai dengan harapan
pemerintah. Seperti TPI-KUD yang telah dibangun pemerintah pada tempat-tempat
strategis di perkampungan nelayan rupanya kurang diminati para nelayan. Selain
harus membayar pajak retribusi, system yang ada dalam TPI tersebut adalah
lelang dengan harga yang tidak terlalu tinggi. Nelayan lebih suka menjual hasil
tangkapannya kepada tengkulak besar atau dijual langsung ke pasar. Untungnya
lebih besar dan tidak perlu membayar pajak retribusi. Tetapi jika ikan sedang
banyak harga dari tengkulak sering di monopoli juga.
System gender juga berlaku di kehidupam para
nelayan. Pelaut merupakan kaum laki-laki dan perempuan adalah penjual dan
pengolah hasil tangkapan. Oleh sebab itu pemegang ekonomi pasar sering diambil
alih oleh kaum perempuan. Nelayan juga dibedakan menjadi dua jenis yakni
nelayan laut lepas dan nelayan pantai atau pesisir. Nelayan pantai yakni
nelayan yang batas tangkapannya yakni sejauh 3 mil. Tetapi faktanya akibat
pencemaran yang dilakukan oleh beberapa pabrik di pesisir pantai utara Tuban,
nelayan pantai di sana harus mencari ikan dengan kejauhan lebih dari 4 mil dari
bibir pantai. Mungkin hal ini belum ada tindakan yang nyata dari pemerintah.
Sosialisasi AMDAL untuk perusahaan ternyata tidak menguntungkan, jika belum ada
tindakan nyata dari pemerintah. Jika diklasifikasikan maka penyebab
permasalahan adalah
1. Pandangan
yang rendah
2. Stratifikasi
yang menimbulkan pembagian yang kompleks
3. Hubungan
patron client yang tidak menguntungkan mengakibatkan kehidupan nelayan dalam
lingkaran kemiskinan
4. Budaya
kemiskinan yang melililt masyarakat nelayan, mendorong mereka cenderung
bersifat apatis, konsumtif pada saat panen dan berpesta pora yang serba boros.
5. Pelanggaran
dan perebutan jalur tangkapan
6. Perbedaan
pengoperasian alat tangkapan dan kerusakan yang ditimbulkannya
Sumber:
Afrida.
2005. Jurnal Antropologi “Kehidupan sosial-ekonomi masyarakat nelayan di pantai
utara pulau jawa tengah”.
Kusnadi.
2010. Makalah ilmiah disampaikan dalam kegiatan JELAJAH BUDAYA TAHUN 2010 ”Kebudayaan masyarakat nelayan”.
Vicar.
2007.”Gambaran kehidupan masyarakat pesisir pantai timur Sumatera”. <http://coastalpoverty.blogspot.com/2008/02/gambaran-kehidupan-masyarakat-pesisir.html>Diakses
pada 1 maret 2013 pukul 14.00.
_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar