-->
DISUSUN
OLEH:
1. Tyas
Sistha Wijayanti (
070917011 )
2. Septian
Heri P.
( 071017047 )
3. Danang
Septiyanto ( 071017048
)
4. Rona Novitasari
( 071017049 )
5. Wahyu
Pramono (
071017050 )
6. Siti Farha (
071017052 )
7. Annisya Murti (
071017053 )
8. Savira Bobsaid (
071017055 )
9. Siska Pratiwi (
071017056 )
10. Anang
Chorniawan (
071017057 )
11. Ardian
Wismo P. (
071017058 )
Program Studi Antropologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Airlangga Surabaya
2012
Modernisasi
dikalangan petani (facets of economic development) menurut Everett M Rogers
1. Mutual
Distrust (rasa tidak percaya antar individu)
Petani memiliki
pemikiran bahwa mereka yang memiliki cara baru untuk menanam, cara panen dan
lain-lain dianggap curang dan merugikan petani lainnya. Sehingga petani yang
memiliki inovasi baru akan menyimpannya sendiri agar orang lain tidak tahu
sehingga hasil pertaniannya menjadi hasil yang paling unggul daripada hasil
pertanian dari petani lain.
2. Limited
goods (terbatasnya barang)
Segala sesuatu yang
berharga dalam hidup petani (tanah, kekayaan, kesehatan, cinta, kekuatan,
keselamatan). Hal tersebut memiliki keterbatasandan tidak akan bisa bertambah
kecuali petani tersebut memiliki kekuasaan terhadap petani lain. Faktor kurangnya fasilitas serta sulitnya mengakses informasi dari
dunia luar juga menjadi penyebabnya. Di desa yang notabennya tertinggal atau
jauh dari kota sangat sangat sulit mendapatkan barang yang menunjang pertanian,
misalnya salah satunya pupuk. Ketika pupuk sulit didapatkan maka tanaman
pertanian yang harusnya waktunya di pupuk menjadi tak mendapatkan pupuk
sehingga kualitas tanamannya menjadi menurun yang otomatis mempengaruhi hasil
panen. Dan ini barusan terjadi di negara kita beberapa lalu ketika pupuk
langka, di jaman yng sudah modern entah akibat permainan politik dari
pemerintah atau memang benar-benar langka. Keadaan seperti itu sangat merugikan
petani sehingga kesempatan untuk maju selalu ternatas.
3. Ketergantungan
pada pemerintah
Petani yang memiliki
keterbatasan dalam memenuhi kebutuhannya akan cenderung menggantungkan
kebutuhannya kepada pemerinyah. Hal ini juga dikarenakan akan kurangnya inovasi
yang terjadi di pihak petani. Apabila pemerintah tidak memberikan bantuan
kepada petani maka petani akan sulit mendapatkan apa yang dibutuhkannya
sehingga petani sulit untuk maju.
4. Familisme
Mengarah pada tindakan
yang berorientasikan kepada semua anggota keluarga atau kepentingan bersama.
Sikap individualisme adalah sikap yang tidak penting. Sepert masyarakat Indian
yang tidak memikirkan masalah individu. Pranata keluarga sebagai penghambat kemajuan memiliki tiga karakteristik
yaitu konsentrasi yang tinggi dalam proses pengambilan keputusan. Kedua otonomi
sangat dihargai dan bekerja mandiri lebih disukai, dan ketiga usaha keluarga
jarang berjangka panjang dan selalu secara stabil berada dalam posisi tidak
stabil.
5. Lack
inovasi (kurangnya inovasi)
Fungsi kelangkaan
sumber ekonomi atau teknologi yang tidak tepat bagi desa karena faktor tradisi
atau kebudayaan. Petani sulit untuk menerima inovasi karena mereka memiliki
rasa takut akan merusak tanah. Hal ini dikaitkan dengan tradisi lokal yang ada
di desa bahwa apabila tanah tidak dijaga maka akan merusak keseimbangan alam
sehingga tuhan akan murka kepada mereka.
6. Fatalisme
Tingkatan dimana
seseorang menyadari kurangnya kemampuan untuk mengatur masa depannya. Prinsip
ini lebih memandang bahwa kehidupan akan berjalan sesuai dengan nasib tanpa
harus memikirkan usaha.
7. Limited
Aspiration (terbatasnya aspirasi)
Orang yang hidup dalam
kemiskinan memiliki level yang rendah dalam aspirasi. Mereka lebih pasrah
terhadap keadaan sehingga menyebabkan rasa frustasi karena keinginannya tidak
terpenuhi.
8. Lack
of defferd gratification (kurangnya kemampuan untuk mendapatkan hal yang
diinginkan)
Dulu orang desa untuk
mendapatkan sesuatu yang diingikan sangatlah terbatas/sulit. Hal ini disebabkan
oleh terbatasnya peralatan/perlengkapan yang tidak mendukung di desa tersebut.
Suatu misal, jika masyarakat desa ingin menjual hasil pertanian ke kota, tetapi
alat transportasi yang digunakan tidak ada, sedangkan jarak kota dengan desa
bisa dibilang sangat jauh, dan apa yang ada dalam benak masyarakat desa adalah
menjadi malas untuk pergi ke kota, dan akhirnya mengurungkan keinginannya untuk
menjualnya ke kota. Akan tetapi jika
dibandingkan dengan konteks desa yang sekarang ini sangatlah berbeda, dan
sekarang sudah berkembang sistem kebudayaannya. Orang desa sekarang ini sudah
mudah jika ingin berhubungan dengan kota, dan tidak menemuka kesulitan untuk
masalah transportasi.
9. Limited
view of world (pandangan terhadap dunia yang terbatas)
Pandangan sempit
dikalangan petani sehingga hal-hal yang baik dan kesempatan untuk maju selalu
terbatas misalnya kurangnya pendidikan pertanian pada petani di desa
menyebabkan sulitnya hasil pertanian mereka berkembang sehingga produksi panen
tidak berkembang juga. Mereka lebih mengandalkan cara yang sudah ada atau turun
temurun dari pendahulu mereka, sedangkan kalau mereka sadar bahwa misalnya tata
cara pemupukan yang benar, jenis pupuk yang cocok untuk di pakai sesuai jenis
tanah dan tanamannya, hasil panen mereka akan berkembang.
10. Low
emphaty (rasa empati yang kurang)
Rasa empati yang rendah
bagi sesama petani dipengaruhi oleh rasa ketidak percayaan terhadap saingannya.
Mereka menganggap bahwa petani lain adalah saingannya untuk menjual hasil dari
kerja kerasnya. Walaupun mereka memiliki rasa empati yang rendah antar petani
tapi mereka memiliki sikap empati yang tinggi terhadap petani yang masih
memiliki silsilah keluarga dengannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar